Monthly Archives: August 2012

Is giving money the only way to help poor people?

Standard

By : Primastuti Dewi. R

I agree that giving money does not get rid of poverty. what happens when all that money is spent and they can’t get anymore?Educating somebody how to earn money for themselves is more of a help. Give a man a fish and you feed him for a day. Teach a man to fish and you feed him for a lifetime.

Dan beginilah saat temanku curhat, sebutlah namanya Ahoi.

“aku stress, gak punya uang lagi untuk makan” saat itu aku takjub, bukan karena kagum tapi karena kaget “kok???”

Kami sama sama melanjutkan study di Yogyakarta tahun 2000, setelah lulus aku meninggalkan yogya untuk bekerja di salah satu pulau ‘beken’ di Indonesia. Sekitar tahun 2010 aku ketemu Ahoi lagi di yogya ketika liburan, saling bertanya kabar & ku ketahui dia masih belum menyelesaikan study. Tak ada kabar setelah itu. Aku kembali lagi ke yogya tahun 2011 ku temukan si Ahoi masih di Yogya dan belum juga menyelesaikan study. Aku Tanya ke teman teman yang lain mereka bilang si Ahoy ini hari hari nya masih nongkrong kesana kemari. Dalam hati berkata, well, mungkin itulah cara si Ahoi membahagiakan dirinya.

Sampai kemudian dua minggu lalu si Ahoi ngajak chatting, sangat serius tampaknya, aku bela belain ijin bolos 2 jam kerja demi chatting sama teman yang lagi gundah gulana. Beginilah kisahnya :

Si Ahoi belum menyelesaikan study, maka tahun ini genap 12 tahun ia menempuh S1. Dia mengeluh tidak punya uang untuk makan, tidak ada pekerjaan, dia bingung sendiri dengan hidupnya. Aku katakan ke Ahoi, kamu tau kodok gak Hoi, kodok yang Cuma bisa nyanyi di sawah aja bisa survive & bisa cari makan, masak kamu yang berpendidikan sampai gak tau caranya ngisi perut mu. Si Ahoi terdiam.

Kemudian aku Tanya, maaf ya Hoi sebelumnya, klo menurut mu ini sangat private ya gak usah di jawab, tapi aku pengen tau apa kegiatan mu di Yogya? Ahoi bilang, gak ada, Cuma nunggu kalau ada yang butuh bantuan edit edit website, dapat duit dikit buat makan. Aku Tanya kenapa kamu gak berusaha cari pekerjaan or bikin usaha, dia jawab, mana laku ijazah SMA di yogya, iya juga ya Ahoi ini belum lulus S1-nya. Kalau gitu kenapa kamu gak keluar yogya & cari rejeki di luar yogya? si Ahoi bilang “aku nggak tega ninggalin yogya” saat itu aku gak bisa nahan tawa.. Ahoiiiii…. Ahooii, Yogya itu gak bakal kenapa2 kamu tinggalin, justru kalau kamu tetep di yogya kamu malah bikin masalah, menambah jumlah pengangguran. Kemudian dia bilang “aaahhh embuhlah aku mumet, aku Cuma nongkrong aja untuk melampiaskan kegalauan ku ini” Astaga…. Ahooi kita ini orang orang dewasa, orang dewasa itu kalau punya masalah mampu menciptakan solusi, bukan mencari pelampiasan. Lagi lagi Ahoi diam..

Tiba tiba si Ahoi bilang “kayaknya memang sudah nasib ku jadi orang miskin & kamu jadi orang kaya. Padahal tiap hari aku berdoa agar aku jadi orang sukses” duh melas banget nih kalimatnya & aku jawab dengan panjang lebar begini : Ahoi, dulu kita barengan masuk universitas, cari kost bareng, tiap pertengahan bulan udah gak punya uang lagi, kalau tiba tiba sekarang kamu lihat aku lebih sukses itu bukan keajaiban, tapi aku berusaha berkali kali lipat di banding dirimu. Aku bukan tiba tiba lahir terus sukses, di mulai dari jualan pisang goreng keliling kampung, ngupas kacang & jengkol dibayar Rp.100 per kilo, jualan es buah, kreditin baju baju lebaran, kerja jadi karyawan café, ngajar di universitas sampai sekarang aku punya usaha di negeri orang, semuanya kerja keras, lagi pula aku tidak merengek rengek ke Allah untuk jadi orang sukses, Memang betul aku memohon & mohon di bimbing, tapi terus aku berusaha & kerja keras tiap hari, aku gak punya waktu untuk nongkrong 12 tahun di yogya do nothing. Lha pertanyaannya kenapa kita jadi berbeda sekarang, kamu masih mikir gimana cara dapat duit buat makan hari ini dan aku melesat jauh meninggalkan mu dengan berpikir untuk memperluas bisnisku? Itu bukan karena nasib, itu karena pilihan kita masing masing.

Kami ngobrol panjang lebar, sampai pada akhirnya si Ahoi bilang “gini aja, pinjemin aku duit buat modal usaha” langsung ku jawab, meminjamkan uang pada teman sama dengan aku kehilangan uang ku & kamu, karena uang ku tidak akan kembali & sudah pasti aku tidak akan bicara lagi dengan mu. Si Ahoi berdalih “aku adalah orang yang bertanggung jawab”. Kemudian aku jawab, Ahoi, kamu mau pinjem duit buat modal usaha, artinya aku harus mempercayakan uang ku ke kamu, bagaimana aku bisa percaya kamu bisa memanagemen usaha dengan baik, kalau memanagement dirimu sendiri saja tidak bisa.

Fresh money is not the solution, justru akan menambah masalah buat kamu. Kalau kamu minta uang mintalah pada orang tua mu, aku ini bukan bank mu. Tapi kalau kamu minta pekerjaan besok aku kirim sample parfum, kamu bisa jual parfumku dan ambillah untungnya. Itu bentuk nyata bantuan ku. Kalau parfumnya gak laku atau kamu masih belum bisa makan, ya aku rasa kamu tidak bisa memanfaatkan bantuan ku. Di akhir percakapan si Ahoi bilang aku pelit, hehehehe… aku jawab saja, aku bukan pelit Ahoi, tapi aku sangat teliti. Aku tidak member ikan & menyuapkannya pada laki laki, tapi aku mengajarinya bagaimana memancing & mendapatkan ikan itu. Hari itu juga ku kirim sample parfum ke Ahoi, aku katakana padanya sample parfum itu punya nilai yang tidak sedikit, tapi aku lebih ikhlas memberikannya sebagai modal kerja buat Si Ahoi daripada memberikannya fresh money yang mungkin jumlahnya akan lebih sedikit dibanding harga sample parfum. Will see how is work!